Ideologi
dan Tantangan Pluralisme Politik
Makalah
diajukan sebagai bahan diskusi kelas
Mata
kuliah Pengantar Ilmu Politik
Disusun
oleh:
1. Lathifa Rulia Sa’diyyah (11141130000077)
2. Rizky Afif Hidayah (11141130000081)
3. Diah Rahmi Winatra (11141130000085)
Dosen
Pembimbing:
Andar Nubowo, DEA
Universitas
Islam Negeri Syarif Hiyatullah Jakarta
Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Prodi
: Hubungan Internasional
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur
Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
nikmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ideologi
dan Tantangan Pluralisme Politik”. Makalah ini diajukan sebagai bahan diskusi
mata kuliah Pengantar Ilmu Politik. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat Andar Nubowo. DEA sebagai dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu
Politik yang telah mendidik kami.
Kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kami selaku tim penyusun memohon maaf apabila
dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan,dan kami juga akan menerima
segala kritikan yang bersifat membangun untuk masa yang akan datang. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 24 November 2014
Hormat
kami
Tim
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara historis, ideologi
mengalami berbagai perubahan dari masa ke masa. Ideologi merupakan fenomena
umum yang mengiringi proses pertumbuhan negara modern. Untuk itu, disini akan
diuraikan pengertian ideologi, fungsi ideologi, jenis dan bahasan-bahasan
tentang ideologi lain. Dalam perkembangannya, ideologi mempengaruhi kehidupan.
Dapat dilihat semenjak munculnya ideologi Marxisme dan berkembang menjadi
Komunisme tetap menekankan kepada suatu nilai materialisis. Ideologi tersebut
menyebabkan penderitaan rakyat kecil sehingga komunisme muncul sebagai reaksi
atas penindasan terhadap rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung
oleh pemerintah.
Ideologi komunisme juga
berpengaruh dalam hal keagamaan, komunisme yang dirumuskan Karl Marx menyatakan
bahwa manusia adalah suatu hakikat yang menciptakan dirinya sendiri dengan
menghasilkan sarana-sarana kehidupan sehingga sangat menentukan dalam perubahan
sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, dan agama. Dalam hal ini, komunisme
bersifat atheis ( tidak bertuhan ) karena manusia dintentukan oleh dirinya
sendiri bukan oleh hal-hal lain diluar dirinya.
Selain komunisme masih banyak
jenis ideologi yang akan dibahas. Tidak hanya ideologi secara mendunia dan
pluralisme yang harus dipahami, tetapi dalam hal bagaimana Islam berperan dalam
pembentukan ideologi di dalam percaturan politik. Indonesia adalah contoh salah
satu negara yang terpengaruh dengan adanya agama islam hingga dalam bidang
politik. Mulai dari masa orde baru hingga era reformasi islam masih berpengaruh
terhadap ideologi di Indonesia. Maka dari itu perlu dibahas mengenai ini dengan
tepat dan efektif.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ideologi?
2. Apa fungsi dari ideologi?
3. Apa kelebihan dan kelemahan
masing-masing ideologi?
4 .Bagaimana apabila dua jenis
ideologi dibandingkan?
5. Bagaimana Islamisme atau
Politik Islam sebagai ideologi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ideologi
Ideologi adalah gabungan
dari dua kata majemuk “idea” dan “logos”, yang berasal dari bahasa Yunani
“eidos” dan “logos”. Secara sederhana, ideologi berarti suatu gagasan
berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran falsafah.
Dalam arti luas, istilah “ideologi” dipergunakan untuk segala kelompok
cita-cita, nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi
sebagai pedoman normatif. Dalam artian ini, ideologi disebut “terbuka”. Dalam
arti sempit, ideologi ialah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna
hidup dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus
hidup dan bertindak.
Ideologi juga diartikan
sebagai ajaran, doktrin, teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya, yang disusun
secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam menanggapi dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu pandangan hidup akan
meningkat menjadi suatu falsafah hidup apabila telah mendapat landasan berpikir
maupun motivasi yang lebih jelas, sedangkan kristalisasinya kemudian membentuk
suatu ideologi. Keterikatan ideologi dengan pandangan hidup akan membedakan
ideologi suatu bangsa dengan bangsa yang lain.
Sekarang ini, ideologi
telah menjadi suatu pengertian yang kompleks. Perkembangan terakhir ini
menunjukkan adanya perbedaan yang makin jelas antara ideologi, filsafat, ilmu,
teologi. Ideologi dipandang sebagai pemikiran yang timbul karena pertimbangan
kepentingan. Di dalam ideologi, orang tidak mempersalahkan nilai kebenaran
internalnya. Ideologi dipandang sebagai “belief
system”, sedangkan dalam ilmu, filsafat ataupun teologi merupakan pemikiran
yang bersifat refleksif, kritis, dan sistematik, dimana pertimbangan utamanya
adalah adalah kebenaran pemikiran. Karena perbedaan itu, ideologi disebut
sebagai suatu sistem pemikiran yang sifatnya tertutup.
Didalam pekembangannya,
ideologi mempunyai arti yang berbeda, yaitu :
1.
Ideologi
diartikan sebagai “weltanschuung”, yaitu
pengetahuan yang mengandung pemikiran-pemikiran besar, cita-cita besar mengenai
sejarah, manusia, masyarakat, dan negara (science of ideas). Dalam
pengertiannya, ideologi sering kali disamakan maknanya dengan ajaran filsafat.
2.
Ideologi
diartikan sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan nilai kebenaran internal,
karena tumbuhnya didasarkan kepada pertimbangan kepentingan tertentu, dan
bersifat tertutup.
3.
Ideologi
diartikan sebagai suatu “belief system” dan karena itu berbeda dengan ilmu,
filsafat, ataupun teologi yang secara formal merupakan suatu “knowledge system”
(bersifat refleksif, sistematis, dan kritis)
2.2 Teori tentang ideologi
Kata
ideologi pertama kali digunakan pada
awal tahun 1800-an oleh kelompok pemikir dari Perancis yang mengatakan Ideologues untuk mendeskripsikan
pendekatan yang bertujuan untuk memahami bagaimana ide terbentuk. Kata tersebut
dipilih oleh banyak orang dan lebih sering digunakan sebagai label atau cara
seseorang memblokir pesan yang mengancam mereka. Dengan demikian, ideologi
menjaga seseorang dari pemahaman kebenaran tentang situasi mereka. Berikut ini
adalah pendapat beberapa ahli mengenai ideologi :
1.
Karl
Marx (1818-1883)
Karl
Marx berpendapat bahwa ideologi membutakan seseorang terhadap fakta mengenai keberadaan mereka dalam masyarakat.
Dia mendeskripsikan ideologi sebagai ilusi politik yang diproduksi kelas
pengalaman sosial (contohnya, kelompok sosial yang didefinisikan dengan peran
ekonomi. Seperti pengusaha dan pekerja).
2.
Georges
Sorel (1842-1922)
Georges Sorel
memiliki pendekatan yang berbeda mengenai Ideologi. Sorel berpendapat bahwa
pergerakan massa mengembangkan masa depan yang anggotanya tidak begitu percaya,
tetapi adanya hal-hal yang perlu untuk memotivasi mereka. Dia menyebutnya mitos
penglihatan. Sorel fokus kepada mitos yang spesifik, seperti kepercayaan yang
umum yang merata diantara sindikat, sedikit luas daripada sistem kepercayaan
yang menyatakan ini sebagai ideologi. Juga, sebagaimana kata mitos menyatakan secara tidak langsung,
kepercayaan yang dalam kepada mitos tidak sama dengan ideologi. Tapi dongeng
dapat menggembleng orang dan secara jelas merupakan bagian dari ideologi.
2.3 Fungsi Ideologi
Dengan
memberikan dasar etika pada pelaksanaan kekuasaan politik, ideologi bisa
mempersatukan rakyat dari suatu negara atau pengikut suatu gerakan yang
berusaha mengubah negara. Ideologi memungkinkan adanya komunikasi simbolis
antara pemimpin dan yang dipimpin, untuk berjuang bahu membahu demi prinsip
bukan pribadi. Ideologi juga merupakan suatu pedoman untuk memilih kebijakan
dan perilaku politik. Dan ideologi memberikan cara kepada mereka yang
menginginkannya serta kepada yang yakin akan arti keberadaannya dan tujuan
tindakannya. Karena itu keberhasilan suatu ideologi tertentu, sedikit banyaknya
merupakan masalah kepercayaan yang lahir keyakinan yang rasional. Dan ini
berlaku sama baik untuk ideologi yang bersifat demokratis atau otoriter.
2.4 Macam-macam Ideologi di Dunia
Ideologi
sebagai sistem pemikiran yang betujuan untuk diaktualisasikan dalam norma yang
kemudian dituangkan dalam bentuk perilaku, kelembagaan, politik, ekonomi,
pertahanan keamanan, dan segala bidang lainnya dalam menghidupi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ada bermacam-macam ideologi yang ada di dunia.
1)
Liberalisme
Liberalisme
adalah ideologi yang mendasarkan diri pada kebebasan individu. Liberalisme
mengajarkan kemakmuran orang perseorangan dan masyarakat seluruhnya, diusahakan
untuk memberi kesempatan untuk mengejar kepentingan masing-masing.
Neo-Liberalisme muncul setelah
Perang Dunia I, berpegang pada persaingan bebas di bidang politik, ekonomi; dengan
syarat membantu negara-negara lemah, tapi menekankan kepentingan individu dan
persaingan bebas.
Ciri-ciri
ideologi liberal :
1.
Demokrasi
merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
2.
Anggota
masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara,
kebebasan beragama dan kebebasan pers.
3.
Pemerintah
hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat
hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan
sendiri.
4.
Kekuasaan
dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena itu,
pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat
dicegah. Singkatnya, kekuasaan dicurigai sebagai cenderung disalahgunakan, dan
karena itu sejauh mungkin dibatasi.
5.
Suatu
masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian terbesar
individu berbahagia. Kalau masyarakat secara keseluruhan berbahagia,
kebahagiaan sebagian besar individu belum tentu maksimal.
Paham ideologi liberal
dianut di Inggris dan koloni-koloninya, termasuk Amerika Serikat.
2)
Sosialisme
Sosialisme adalah
ideologi yang menjadi gerakan mengubah struktur milik sosial dan politik
masyarakat, serta akan membangun suatu masyarakat baru dengan pola yang
berbeda-beda menurut aliran sosialisme. Pada abad ke 19-20, sosialisme merupakan
jawaban terhadap krisis sosial akibat industrialisasi dan cara produksi
kapital. Sosialisme berpendapat bahwa manusia tidak hanya bersifat egois tapi
juga sosial.
3)
Fasisme
Fasisme adalah ideologi
yang dirintis oleh B. Mussolinni (1922-1943) berasal dari kata Facio di combat-timento (persatuan perjuangan). Sikap ini menentang
liberalisme dan kolonialisme. Fasisme menyusun negara yang otoriter serta totaliter.
Ekonomi, kultur dan pendidikan generasi muda tunduk pada dan ditentukan oleh
partai fasisme. Manusia dipandang hanya sebagai makhluk sosial.
4)
Kolonialisme
Kolonialisme adalah paham
tentang penguasaan suatu negara/bangsa lain dengan maksud memperluas wilayah
negaranya. Penyebab timbulnya kolonialisme adalah keinginan untuk menjadi
bangsa yang terkuat, menyebarkan agama dan ideologi, kebangaan atas bangsa yang
istimewa, keinginan untuk mencari kekayaan alam dan tempat pemasaran hasil
produksi.
Tipe-tipe kolonialisme :
a)
Koloni
penduduk, jika terjadi migrasi besar-besaran ke negeri asing kemudian menjadi tanah air baru, misalnya Amerika
Utara dan Kanada.
b)
Koloni
kelebihan penduduk, seperti koloni bangsa Italia ke Jepang.
c)
Koloni
deportasi, tanah koloni yang dikerjakan orang-orang buangan. Contoh :
Australia.
d)
Koloni
eksploitasi, daerah jajahan yang dikerjakan hanya untuk mencari keuntungan.
Contoh : Hindia Belanda.
5)
Komunisme
Komunisme merupakan
ajaran yang memandang bahwa manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial,
komunisme mendasarkan pada suatu kebaikan yang hanya diperuntukkan bagi
kepentingan dan keuntungan kelas masyarakat totalitas. Atas dasar inilah
komunisme mendasarkan moralnya pada kebaikan relatif demi kepentingan dan
keuntungan kelasnya, dan dalam mencapai tujuannya dapat menghalalkan segala
cara.
Oleh karena itu, hakikat
ideologi komunis bercorak partikular, yaitu suatu ideologi yang hanya membela
kepentingan tertentu (proletar). Hubungan dengan masyarakat ideologi komunis
bersifat kosmopolitisme yang menggambarkan hegemoninya ke seluruh dunia.
Adapun ciri-ciri ideologi
komunis, yaitu :
a)
Bersumber
kepada akal manusia tetapi terbatas.
b)
Perekonomian
ada di tangan negara
c)
Hukum
dibuat oleh manusia dan diterapkan oleh negara dengan tangan besi.
d)
Menolak
keberadaan agama/ateisme, tidak percaya akan adanya Sang Pencipta.
e)
Manusia
makhluk sosial, tanpa demokrasi individu dan manusia hanya dianggap mesin saja.
f)
Masyarakat
sebagai kesatuan manusia tanpa kelas, dengan landasan teori
perjuangan/pertentangan kelas ploretar berhadapan dengan kaum kapitalis/tuan
tanah
g)
Bersifat
kosmopolitan, artinya menerapkan dan mengembangkan hegemoninya ke
h)
seluruh
pelosok dunia.
2.5 Perbandingan Ideologi
Pancasila dan Ideologi Komunisme
Ideologi pancasila mendasarkan
pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan social. Oleh
karena itu, dalam ideologi pancasila mengakui atas kebebasaan dan memerdekakan
individu, namun dalam hidup berbangsa juga harus memakai hak dan kebebasan
orang lain secara bersama sehingga dengan demikian mengakui hak-hak masyarakat,
selain itu bahwa manusia menurut pancasila membentuk kodrat sebagai makhluk
pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, nilai-nilai
ketuhanan senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup bernegara dan
bermasyarakat.
Sementara itu, etika dalam
ideologi komunisme adalah mendasarkan suatu kebaikan hanya pada keuntungan demi
keuntungan kelas masyarakat secara totalitas. Atas dasar inilah maka komunisme
mendasarkan moralnya pada kebaikan yang relatif demi keuntungan kelasnya. Oleh
karena itu, segala cara dapat dilakukan.
Dalam kaitannya dengan Negara, bahwa Negara adalah sebagai manifestasi dari
manusia sebagai makhluk komunal.sehingga hak individual pada hakekatnya adalah
tidak ada.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
perbandingan kedua ideologi tersebut adalah :
1.
Aspek
Politik-Hukum
-
Ideologi
Pancasila : Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaban individu dan masyarakat.
-
Ideologi
Komunis : Berkuasa untuk suatu parpol, hukum untuk melanggengkan komunis.
2.
Aspek
Ekonomi
-
Ideologi
Pancasila : Untuk mencegah terjadinya monopoli dan sejenisnya yang merugikan
masyarakat.
-
Ideologi
Komunis : Peran Negara dominan, monopoli Negara
3.
Aspek
Agama
-
Ideologii
Pancasila : Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyarat, berbangsa, dan
bernegara.
-
Ideologii
Komunis : Agama candu masyarakat dan harus dijauhkan dari masyarakat
Atheis.
4.
Pandangan
terhadap Individu dan Masyarakat
-
Ideologi
Pancasila : Individu diakui kebudayaannya; masyarakat ada karena individu, akan
punya arti apabila hidup di tangan masyarakat.
-
Ideologi
Komunis : Individu dan masyarakat tidak penting, kolektivitas yang dibentuk
Negara lebih penting.
2.6 Islamisme atau politik Islam
sebagai ideologi
Kunjungan
Presiden Abdurrahman Wahid ke sejumlah negara ASEAN pada awal masa
pemerintahannya menyadarkan kita pada suatu persoalan yang bersifat recurrent.
Wartawan televisi Indonesia merasa perlu melaporkan hal itu, meskipun disadari
bahwa misi utama kunjungan Kepala Negara berkaitan dengan persoalan ekonomi.
Menurut koran International Herard Tribunel, pernyataan Presiden sangat membesarkan hati mereka yang
hadir, karena beliau akan berusaha keras untuk tidak membiarkan Islam
militan-ideologi maupun politis berkembang.
Mestinya,
hal-hal itu dikemukakan ketika posisi aktivis-aktivis politik islam agak
ketengen setelah sekian dasawarsa terpinggirkan yang membuat hubungan antara
Islam dan negara relatif membaik pada akhir 1980-an hingga pertengahan 1990-an.
Seperti diketahui, kekhawatiran kalangan tertentu terhadap dinamika politik
islam muncul pada masa-masa itu, yang merupakan tahun-tahun terakhir keberadaan
rezim Orde Baru.
Sejak
presiden Soeharto memimpin instabilitas politik mulai mereda, ketika liberalisasi
dan relaksasi menjadi ciri utamanya. Didalam era ini terjadi belenggu
otoritarianisme yang selama ini berfungsi sebagal kendala pembebasan politik
paling penting dan telah terpatahkan, dan atas dasar itu publik merasa
mempunyai hak untuk mengartikulasikan kepentingan-kepentingan politik mereka.
termasuk hal ini adalah gagaan mengenaI Islam sebagai kekuatan atau simbol
ideologi politik.
Dalam era ini
terjadi instabilitas politik. Banyak golongan-golongan yang hanya mengutamakan
kepentingan golongan tersebut. Politik Islam yang dipersepsi sesuai dengan
imajinasi politik yang menakutkan. Didalam perkembangan politik Islam terdapat
dua arus yang menyebabkan turun naiknya keberadaan politik islam tersebut,
yaitu :
1.
Arus
politik Islam pada masa orde baru
Pada masa orde baru
politik Islam bersifat substansial. Dalam arti bahwa pemikir dan aktivis Islam
berusaha untuk lebih mengedepankan hal-hal yang berkaitan dengan nilai, makna
dan isi, daripada bentuk dan simbol.
Para aktivis politik Islam mengeluarkan langgan yang dimunculkan oleh generasi
lama. Yang pertama, bahwa negara mengganggap remeh komunitas Islam
menjadikannya terpinggirkan. Yang kedua, keinginan untuk memunculkan format
baru politik dan ideologi Islam.
Kedua
hal tersebut mengharuskan para aktivis politik Islam mengubah paradigmanya.
Karena yang harus diwujudkan adalah prinsip prinsip politik sebagaimana yang
tertera dalam Al-Qur’an : nilai-nilai keadilan, kesamaan dan musyawarah. Jika
komunitas islam ingin merujukkan cita-cita baru tersebut dalam perspektif
Al-Qur’an maka rumusan yang paling dekat adalah gagasan tentang “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafir”
negeri yang baik dan Tuhan yang pengampun. Ini merupakan gagasan yang universal
hampir sebanding dengan perspektif negara modern “the good society”.
Perkembangan
politik Islam menonjolkan gerakan transformasi menimbulkan kemajuan yang lua
biasa. Setidak-tidaknya sepanjang akhir tahun 1980 hingga pertengahan tahun
1990-an, negara membuat sejumlah kebijakan yang dinilai menguntungkan umat Islam.
Misalnya, disahkannya Undang-Undang Peradilan Agama (UUPA). Dan semakin
terbukanya akses kalangan Islam kekuasaan, yang ditandai dengan duduknya banyak
aktivis Islam di pemerintahan.
2.
Arus
Politik Islam pada masa era reformasi.
Perubahan politik Islam pada
masa era reformasi mengalami ketidaknormalan. Banyak partai politik yang
menggunakan asas dan simbol Islam berjalan hanya karena mengimajinasikan atau
keinginan politiknya sendiri-sendiri, daripada memikirkan bagaimana kemajuan
negara akan dibawa. Meskipun para aktivis politik islam bereksperimen terhadap
format politik tetapi, belum menghasilkan sesuatu yang dicita-citakan, baik
dalam konteks Islam maupun negara.
Sejak awal Indonesia
berdiri, upaya untuk membicarakan kaitan agama dan negara perlu dilakukan,
tetapi terhenti oleh situasi politik kemerdekaan pada pertengahan dasawarsa
1940-an.
Sidang konstituante yang antara lain juga dimaksudkan untuk memulai kembali
pembicaraan mengenai hubungan antara agama dan negara dihentikan oleh presiden
Soekarno dengan dukungan tentara, meskipun bukan tanpa alasan.
Sementara itu, presiden Orde Baru, karena watak pragmatismenya, merasa tidak
perlu untuk melakukan pembicaraan-pembicaraan yang dianggap terlalu luxurious
jika dihadapkan pada kebutuhan untuk melakukan pembangunan ekonomi dan tertib
politik.
Akibatnya tidak ada kesepakatan-kesepakatan yang dinegosiasikan mengenai posisi
agama dan negara.
Yang menjadi persoalan
kemudian, apakah agama itu sebuah ideologi? Inilah pertanyaan yang tergantung
seperti jawaban atau penjelasan yang diberikan terhadapnya, akan mempengaruhi
dan membentuk pandangan kita mengenai keterkaitan antara agama dan ideologi.
Sebagai suatu instrumen ilahilah untuk memahami dunia, agama menempati posisi
penting di dalam kehidupan manusia. Dengan kapasitas seperti itu, dalam
pandangan pemeluk-pemeluknya, agama dianggap sebagai sumber dan rujukan panduan
nilai bagi tindakan-tindakan manusia.
Dalam perspektif umum
seperti itu, keterkaitan antara agama dan ideologi bisa menjadi sedemikian dekat.
Sebab, ideologi biasanya dipahami sebagai “a set of closely related beliefs, or
ideas, even attitudes, characteristics of a group or community”.
Jika diletakkan dalam konteks politik tersebut pengertiannya akan sebanding
dengan budaya politik atau tradisi politik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan
penjelasan yang telah kami sampaikan, kami menarik kesimpulan bahwa ideologi
merupakan gabungan dari dua kata majemuk “ideas” dan “logos” yang berasal dari
bahasa Yunani “eidos” dan “logos”. Ideologi sendiri berarti suatu gagasan
berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran falsafah.
Ideologi juga
diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya,
yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam
menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Suatu pandangan hidup akan meningkat menjadi suatu falsafah hidup apabila telah
mendapat landasan berpikir maupun motivasi yang lebih jelas, sedangkan
kristalisasinya kemudian membentuk suatu ideologi.
Ideologi juga
memiliki fungsi, yaitu : memungkinkan adanya komunikasi simbolis antara
pemimpin dan yang dipimpin, untuk berjuang bahu membahu demi prinsip bukan
pribadi. Ideologi juga merupakan suatu pedoman untuk memilih kebijakan dan
perilaku politik. Dan ideologi memberikan cara kepada mereka yang
menginginkannya serta kepada yang yakin akan arti keberadaannya dan tujuan
tindakannya. Karena itu keberhasilan suatu ideologi tertentu, sedikit banyaknya
merupakan masalah kepercayaan yang lahir keyakinan yang rasional.