Anak saya J berumur 15 tahun baru masuk SMA. Saya perhatikan J dari awal smp dia tidak tertarik belajar. Buku catatanya tidak rapih dan hampir semua pelajaran tidak tuntas. Wali kelasnya membicarakan buruknya prestasi J. J juga sering dipanggil guru BK untuk memacu motivasi belajarnya.
Sejak umur 14 tahun saya mengetahui J sangat suka dunia otomotif dan suka dengan modifikasi mobil. Saya belikan mobil san saya beri jatah sejumlah uang untuk modifikasi mobil. Saya harap dari itu dapat memacu belajar. Setiap saya menuruti kemauannya, saya mempersyaratkan ia harus belajar. Tetapi sampai kemauannya dituruti, tapi dia tidak menjukkan semangat belajarnya.Saya sudah hilang akal. Bahkan kemarahan dan hukuman ayahnya tidak mempan.
J menceritakan bahwa keenam temannya dari sekolah mendaftarkan diri masuk UPERS tertentu untuk menaftarkan diri menjadi mahasiswa di perguruan tinggi. Menurut mereka suasana belajarnya lebih santai, tidak perlu displin. Bahkan ada temannya yang mogok sekolah, tinggal dirumah sehari-hari dan bermain game sambil menunggu kesempatan daftar UPERS tahun depan.
Sebenarnya penyelenggara mempersyaratkan batas usia untuk bisa ikut UPERS. namun menurut J ada penyelenggara tertentu yang tidak mempersoalkan masalah tersebut.
Apakah "UPERS" itu? Upers adalah akronim dari ujian persamaan. Sebenarnya UPERS ditujukan kepada karyawan/karyawati yang sudah bekerja dan dimaksudkan meningkatkan latar pendidikan demi peningkatan jenjang karir.
Pelaksanaan pendidikan ini berlangsung sore hingga malam dengan sistem pelatihan intensif dengan jumlah pelajaran terbatas sesuai dengan mata pelajaran yang diujikan. Jadi tanpa pelajaran penunjang seperti olahraga, kesenian,dll. Jika lulus mereka akan memiliki ijazah sesuai dengan jenjang yang dipilih.
Kedua orangtua J bersikeras tidak ingin anaknya keluar dari sekola, bahkan kalaupun J harus mengulang kelas.
UPAYA KURATIF :
1. Sikap tegas dan keras dari oragtua sangat dibutuhkan
2. Menjelaskan bahwa J berpotensi baik dan membekali diri ilmu pengetahuan agar ketajaman analisisnya menigkat.
3. Menjelaskan kepada J bahwa daya nalar tidak terlatih di sekolah umum maka di perguruan tinggi tidak akan mampu
4. Menjelaskan kepada J bahwa UPERS tidaklah seenak yang dibayangkan karena disana ia tidak bergaul dengan teman sebayanya.
5. J disarankan untuk menemui keenam temannya yang masuk UPERS dan menanyakan bagaimana disana. Teryata keenam temannya mengaku menyesal keluar dari sekolah karena suasana belajar monoton, tidak ada keceriaan, dan sangat membosankan.
J akhirnya kembali ke sekolah dan mengatakan kesediaannya akan bersungguh-sungguh belajar.